Kematian tragis jurnalis Dom Phillips, saat menyelidiki masa depan hutan hujan Amazon, menyoroti sebuah pertanyaan penting: bagaimana bisa kita menyelamatkan ekosistem penting ini? Dalam episode penutup dari seri tiga bagian yang mengeksplorasi tantangan ini, editor lingkungan global Jon Watts menggali lebih dalam, mengungkap perspektif yang membentuk kembali pemahaman kita tentang Amazon dan menawarkan jalan potensial menuju pelestariannya.
Revisi Sejarah Amazon
Selama berabad-abad, narasi yang ada menggambarkan Amazon sebagai hutan belantara yang sebagian besar belum tersentuh, hamparan luas hutan hujan yang belum tersentuh. Namun, penelitian arkeologi yang inovatif mengungkapkan kenyataan yang sangat berbeda. Gelombang penemuan baru ini menunjukkan bahwa Amazon bukan sekadar kawasan liar, melainkan sebuah lanskap yang secara aktif dibentuk oleh masyarakat adat selama ribuan tahun.
Bukti Rekayasa Manusia
Semakin banyak bukti bahwa masyarakat adat terlibat dalam bentuk pengelolaan lanskap yang canggih. Ini termasuk:
- Bumi Gelap (Terra Preta): Tanah subur buatan manusia, kaya akan arang dan nutrisi, secara signifikan meningkatkan produktivitas pertanian—sangat kontras dengan dasar hutan hujan yang seringkali tidak subur. “Bumi hitam” ini tidak terjadi secara alami; mereka adalah ciptaan yang disengaja dari generasi ke generasi budidaya Pribumi.
- Kebun Hutan: Daripada membuka lahan yang luas untuk pertanian, masyarakat adat menciptakan kebun hutan kompleks yang meniru ekosistem alami namun tetap menyediakan makanan dan sumber daya. Kebun-kebun ini mengintegrasikan berbagai tanaman, pohon, dan hewan, menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan dan beragam.
- Lahan Basah Buatan: Bukti menunjukkan terciptanya lahan basah dan saluran air buatan, yang menunjukkan pemahaman dan manipulasi masyarakat adat terhadap sistem air untuk irigasi dan transportasi. Ini menyoroti keterampilan teknik hidrologi tingkat lanjut.
- Hutan yang Dikelola: Temuan arkeologis menunjukkan bukti praktik pengelolaan hutan yang disengaja, termasuk penanaman spesies pohon tertentu, penjarangan vegetasi, dan peningkatan keanekaragaman hayati. Hal ini bertentangan dengan gagasan tentang hutan hujan yang masih asli dan belum tersentuh.
Berhubungan Kembali dengan Pengetahuan Adat
Implikasi dari revisi pemahaman sejarah ini sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Amazon saat ini bukan semata-mata akibat proses alami, namun juga mencerminkan warisan campur tangan manusia. Yang lebih penting lagi, laporan ini menyoroti pengetahuan luar biasa yang dimiliki oleh masyarakat adat—pengetahuan yang terakumulasi selama ribuan tahun dalam hidup dan mengelola hutan hujan.
Kunci untuk menyelamatkan Amazon mungkin bukan terletak pada penerapan solusi eksternal, namun pada mendengarkan dan berkolaborasi dengan orang-orang yang selalu hidup selaras dengan Amazon.
Watts mengeksplorasi bagaimana pengetahuan ini dapat dimanfaatkan untuk mengamankan masa depan Amazon. Ini termasuk:
- Pengetahuan Ekologi Tradisional (TEK): Masyarakat adat memiliki pemahaman mendetail tentang perilaku tumbuhan dan hewan, komposisi tanah, dan proses ekologi yang jauh melampaui pemahaman ilmu pengetahuan konvensional saat ini.
- Pertanian Berkelanjutan: Teknik pertanian tradisional, seperti agroforestri dan budidaya lahan gelap, menawarkan alternatif berkelanjutan dibandingkan praktik destruktif seperti pertanian tebang-dan-bakar.
- Restorasi Hutan: Pengetahuan masyarakat adat tentang spesies tanaman asli dan hubungan ekologisnya sangat berharga dalam memulihkan kawasan hutan hujan yang terdegradasi.
- Konservasi yang Dipimpin Komunitas: Memberdayakan masyarakat adat untuk memimpin upaya konservasi memastikan bahwa solusinya sesuai dengan budaya, berkelanjutan secara lokal, dan melindungi hutan hujan secara efektif.
Pada akhirnya, episode ini mengarah pada perubahan perspektif – beralih dari memperlakukan Amazon sebagai sumber daya untuk dieksploitasi dan mengakuinya sebagai lanskap budaya yang dibentuk oleh kecerdikan manusia dan kearifan ekologis. Kelangsungan hidup hutan hujan Amazon terkait erat dengan pelestarian budaya masyarakat adat dan pengetahuan mendalam mereka tentang tanah tersebut. Dengan merangkul dan mengintegrasikan kearifan kuno ini, terdapat harapan baru untuk melindungi harta global yang tak ternilai ini